Kamis, 14 April 2011

BURUNG GAGAK PENEBAR KEMATIAN

Katanya burung Gagak yang melintas menjelang pagi hari dengan suaranya adalah pertanda ada yang mati. Bahkan, kata sebagian yang lain, tak peduli pagi. Pokoknya, bila terdengar burung hitam itu berkoak-koak, tandanya kerabat dekat ada yang mati.
Soal ini malah menjadi kepercayaan disebagian masyarakat. Biasanya, bila di pagi hari terdengar suara burung Gagak, segera sesudah itu mereka mencari berita kematian. Para tetangga yang mendengar akan memberitahu kepada tetangganya yang lain. Guna memberitahu bagi yang tidak mendengarnya. Selanjutnya, mereka akan terus menanti berita kematian diwilayah tersebut.
Terkadang memang betul hari itu ada yang meningal. Tapi, terkadang seharian mereka menunggu berita, ternyata di wilayah mereka tidak ada yang mati. Maka biasanya mereka mencari berita sampai ke wilayah yang ada di sebelahnya. Jika tidak juga ada, mereka masih akan berkata, “Pasti ada yang mati, Cuma kita tidak tahu siapa. Tunggu saja beritanya sampai besok.”
Dalam pandangan Islam, tentu tidak ada hubunganya antara suara Gagak dengan kematian seseorang. Kasihan benar nasib burung Gagak yang suaranya dianggap penebar kematian. Padahal ia hanya ingin mengeluarkan suaranya untuk sebuah kepentingannya, seperti burung dan binatang yang lain.
Kita tidak pernah tahu menggapa mesti burung Gagak yang dijadikan pesakitan. Bisa jadi karena burung Gagak berwarna hitam yang identik dengan bela sungkawa. Atau mungkin ada yang mencoba menghubung-hubungkannya dengan kisah dua putra Adam yang saling membunuh. Dimana Qobil sang pembunuh yang kebingungan bagaimana menyikapi mayat saudaranya itu, diberitahu oleh burung Gagak tentang cara mengubur mayat.
Kisah Qobil dan Habil benar adanya. Karena diceritakan oleh Al-Quran. Tetapi yang salah adalah menghubungkan antara kisah itu dengan keyakinan yang sudah terlanjur tersebar. Penafsiran Al-Quran tidak boleh semaunya. Apalagi tidak satupun para ahli tafsir yang menafsirakan ayat tersebut dengan keyakinan menyesatkan tadi. Yang ada justru larangan menyakini keyakinan tadi.
Keyakinan ini bukanlah hal baru. Sudah ada sejak jaman jahiliyah sebelum rasululllah. Dulu, mereka terbiasa menyakini hal-hal mistis yang beredar di seputar burung. Dalam Islam adanya keyakinan tertentu di dalam hati setelah mendengar suara burung atau melihat burung disebut “Tathoyyur”. Dan, dalam Islam, Thatoyyur digolongkan ke dalam salah satu bentuk syirik. Rasulullah pernah mengingatkan hal itu, “Thatoyyur itu tidak boleh, gantilah dengan optimisme.” Sahabat bertanya, apa optimisme itu??? Rasul menjawab, “Kata-kata baik yang kalian dengar.” (HR.Muslim).
Terkadang kita masih terbawa oleh keyakinan itu. Dan terdetik kekhawatiran akan terbuktinya keyakinan itu. Untuklah Nabi mengajarkan cara menghilangkan kekhawatiran itu. Yaitu, tahanlah lidah ini dari membenarkan kisah-kisah seputar kufarat tersebut. Sebagai gantinya adalah ucapan yang menunjukkan optimisme. Seperti, subhanallah alangkah indahnya suara burung Gagak itu.
Nah, bisa jadi memang ada yang mati pada pagi hari, setelah malamnya burung Gagak terdengar. Tapi jelas bukan karena suara burung Gagak. Karena akhir dari ajal tidak ditentukan oleh burung Gagak. Juga tidak pernah ada landasan benar yang mengatakan bahwa Allah memerintahkan burung Gagak untuk memberitahukan datangnya kematian.
Mari bersihkan iman dari kemusyrikan. Waspadalah segala sesuatu yang sumernya katanya.

1 komentar: