Jumat, 15 April 2011

ISRA’ DAN MIKRAJ

“Maha suci Allah yang telah memperjalankan hanba-Nya pada suatu malam dari Masjidil haram ke Masidil Aqsha, yang telah kami berkahi sekelilingnya, agar kami perlihatkan kepada sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Isra’ : 1).
Ayat ini merupakan rujukan utama perjalanan isra dan mikrajnya Nabi SAW. Sebagai bukti perjalanan menembus dimensi waktu dan tempat, dalam rangka mengambil langsung perintah shalat dari Allah SWT, tanpa malaikat. Kalau Rasulullah SAW melakukan mikraj untuk mengambil perintah shalat, kini, bagi setiap muslim, justru shalatlah sebagai sarana mikraj ke haribaan-Nya.
Ayat ini pulalah yang menjadikan Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis di Yerussalem) sebagai sarana ibadah suci umat islam. Ayat ini juga mengajarkan umat islam untuk berbudaya safar-Musafir, berjalan, merantau, dan merasakan bahwa bumi Allah SWT amat luas.
Dari ayat ini pula kita mendapatkan sembilan pedoman, sebelum mengadakan suatu perjalanan. Pertama, subhanallah, Maha suci Allah. Kalau kita akan mengadakan perjalanan kita sucikan dulu hati dan niat. Jangan terlalu sarat dengan muatan kekinian.
Kedua, asra, mulailah perjalanan itu. Jangan ragu dan bimbang. Tetapkan hati. Ketiga, biabdihi, hamba-Nya. Mulailah perjalanan dengan merasakan diri kita sepenuhnya sebagai hamba Allah SWT, jangan sombong. Perjalanan itu jadikan sebagai sarana penghambaan, pengabdian (ibadah) kepada Allah SWT.
Keempat, laila, tengah malam (yang gelap). Mulailah perjalanan itu dari gelap (tidak tahu) kepada terang (memiliki ilmu) dan selalu ada kemajuan. Kelima, minal Masjidil Haram ilal Masjidil Aqsha, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Masjid, bisa dalam artian tempat shalat, tapi bisa juga dalam artian tempat sujud. Maksudnya, awali perjalanan dengan merendahkan diri (bersujud) dan akhiri pula dengan merendahkan diri di hadapan Allah SWT.
Keenam, alladzi baarakna haulahu, yang telah Kami berkahi sekelilingnya. Maksudnya, berjalan di sekeliling berkah Allah SWT, yang Allah ridha dan manfaatnya dilipatgandakan. Ketuju, linuriyahu min ayatina, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari ayat-ayat Kami. Maksudnya, dari setiap perjalanan kita, lihat dan carilah ayat-ayat dan bukti-bukti kekuasaan Allah SWT. Kedelapan dan kesembilan, innahu huassami’ul bashir, Sungguh, Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Yakinkan diri, di setiap perjalanan dan tindakanmu, Allah SWT pasti mengetahuinya. Tak satupun yang luput dari pengetahuan-Nya.

1 komentar: